Wednesday, 8 January 2014

Hukum 'Chatting' Dengan Bukan Mahram



Bismillahirrohmanirrohim..




Saya ditanya beberapa orang adik berkaitan dengan situasi apabila berhubungan dengan lelaki bukan mahram secara maya iaitu melalui chat, SMS & panggilan telefon. Maka, di sini saya sertakan penjelasan mendalam oleh Ustazah Shahidah berkaitan ikhtilat lelaki & wanita secara maya.







SOALAN:




Assalamualaikum Ustazah,




Saya ingin bertanya tentang hukum saya berkomunikasi dengan bukan mahram saya melalui internet samada chatting atau perbualan2 melalui facebook, email dsb. Saya seorang wanita muslimah yang masih menuntut di IPT. Bentuk perbualan saya selalunya bukan perkara penting, Cuma sembang-sembang, menyampuk-nyampuk maklumat yang ada dalam facebook mereka.




Begitu juga kawan-kawan lelaki saya akan membalas perbualan tersebut. Begitulah hari demi hari kami saling berhubungan tanpa sekatan di alam cyber sedangkan di alam nyata kami menjaga batas-batas hubungan lelaki dan wanita bukan mahram ini.




Harap ustazah dapat melayani pertanyaan saya ini. Terima kasih.




Gadis Muslimah.







*********************







JAWAPAN:




Jawapan oleh: Ustazah Shahidah Sheikh Ahmad










Terima kasih atas pertanyaan itu.







Gadis Muslimah dan semua wanita muslimah yang membaca soaljawab ini,







Sebagaimana yang kita maklumi bahawa, komunikasi dengan tulisan melalui jaringan internet atau yang lebih dikenal dengan chatting baru muncul dan populer beberapa tahun terakhir. Yaitu, tepatnya setelah ditemui jaringan internet. Karena itu dalam kitab2 ulama terdahulu khususnya buku fiqh, istilah ini tidak akan ditemui. Namun asas bagi hukum chatting ini sebenarnya sudah dibahas oleh ulama, jauh sebelum jaringan internet ditemukan.







Chatting dengan lawan jenis yang bukan mahram sama halnya dengan berbicara melalui telefon, SMS, dan berkiriman surat. Semuanya ada persamaan. Yaitu sama-sama berbicara antara lawan jenis yang bukan mahram. Persamaan ini juga mengandung adanya persamaan hukum. Karena itu,ada dua perkara berkaitan yang perlu kita bahas sebelum kita lebih jauh membicarakan hukum chatting itu sendiri.







Pertama, adalah hukum bicara dengan lawan jenis yang bukan mahram.







Kedua, adalah hukum khalwat.







Berbicara antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram pada dasarnya tidak dilarang apabila pembicaraan itu memenuhi syarat-syarat yang sudah ditentukan oleh syara'. Seperti pembicaraan yang mengandung kebaikan, menjaga adab-adab kesopanan, tidak menyebabkan fitnah dan tidak khalwat. Begitu jika hal yang penting atau berhajat umpamanya hal jual beli, kebakaran, sakit dan seumpamanya maka tidaklah haram.







Dalam sejarah kita lihat bahwa isteri-isteri Rasulullah berbicara dengan para sahabat, ketika menjawab pertanyaan yang mereka ajukan tentang hukum agama. Bahkan ada antara isteri Nabi SAW yang menjadi guru para sahabat selepas wafatnya baginda yaitu Saidatina Aisyah RA.







Dalam hal ini, Allah SWT berfirman yang artinya:

“Karena itu janganlah kamu (isteri-isteri Rasul) tunduk(yakni melembutkan suara) dalam berbicara sehingga orang yang dalam hatinya ada penyakit memiliki keinginan buruk. Tetapi ucapkanlah perkataan yang baik”.(QS. al-Ahzab: 32)







Imam Qurtubi menafsirkan kata ‘Takhdha’na’ (tunduk) dalam ayat di atas dengan arti lainul qaul (melembutkan suara) yang memberikan rasa ikatan dalam hati. Yaitu menarik hati orang yg mendengarnya atau membacanya adalah dilarang dalam agama kita.







Artinya pembicaraan yang dilarang adalah pembicaraan yang menyebabkan fitnah dengan melembutkan suara. Termasuk di sini adalah kata-kata yang diungkapkan dalam bentuk tulisan. Karena dengan tulisan seseorang juga bisa mengungkapkan kata-kata yang menyebabkan seseorang merasakan hubungan istimewa, kemudian menimbulkan keinginan yang tidak baik.







Termasuk juga dalam melembutkan suara adalah kata-kata atau isyarat yang mengandung kebaikan, namun ia boleh menyebabkan fitnah. Yaitu dengan cara dan bentuk yang menyebabkan timbulnya perasaan khusus atau keinginan yang tidak baik pada diri lawan bicara yang bukan mahram. Baik dengan suara ataupun melalui tulisan.







Jika ada unsur2 demikian ia adalah dilarang meskipun pembicara itu mempunyai niat yang baik atau niatnya biasa-biasa saja.







Adapun khalwat, hukumnya dilarang dalam agama Islam. Sebagaimana dalam sabda Rasulullah SAW yang artinya:"Janganlah ada di antara kalian yang berkhalwat dengan seorang wanita kecuali dengan mahramnya." (HR. Bukhari dan Muslim)




Khalwat adalah perbuatan menyepi yang dilakukan oleh laki-laki dengan perempuan yang bukan mahram dan tidak diketahui oleh orang lain. Perbuatan ini dilarang karena ia dapat menyebabkan atau memberikan peluang kepada pelakunya untuk terjatuh dalam perbuatan yang dilarang.







Kerana ada sabda Nabi SAW bermaksud:

“Tiadalah seorang lelaki dan perempuan itu jika mereka berdua-duaan melainkan syaitanlah yg ketiganya” (Hadis Sahih)







Khalwat bukan saja dengan duduk berduaan. Tetapi berbual2 melalui telefon di luar keperluan syar'i juga dikira berkhalwat.Karena mereka sepi dari kehadiran orang lain, meskipun fisikal mereka tidak berada dalam satu tempat. Namun melalui telefon mereka lebih bebas membicarakan apa saja selama berjam-jam tanpa merasa dikawal oleh sesiapa







Dan haram juga ialah perkara2 syahwat yang membangkitkan hawa nafsu contohnya yang berlaku pada kebanyakkan muda mudi atau remaja2 sekarang dimana sms atau email atau Facebook atau Friendster atau seumpamanya menjadi alat untuk memadu kasih yang memuaskan nafsu diantara pasangan dan masing2 melunaskan keinginan dan keseronokkan semata2. Membincangkan perkara2 lucah lebih2 lagi hukumnya adalah haram.







Kesimpulan:




Hukum chatting sama dengan menelefon sebagai mana yang sudah kita terangkan di atas. Ertinya chatting di luar keperluan yang syar'i termasuk khalwah. Begitu juga dengan sms. Walaupun dengan niat berdakwah. Karena berdakwah kpd jenis lawan bukanlah suruhan agama kerana Allah telah menetapkan untuk berdakwah kpd lelaki adalah lelaki juga, begitu juga sebaliknya.







Namun bila ada tuntutan syar'i yang darurat, maka itu diperbolehkan sesuai keperluan. Tentunya dengan syarat-syarat yang sudah kita jelaskan di atas. Di sinilah menuntut kejujuran kita kpd Allah dalam mengukur sejauhmana urusan kita itu satu keperluan atau mengikut nafsu semata-mata. Dan kejujuran itu pula bergantung sejauhmana iman kita kepada Allah. Jika muraqabatillah kita kuat( yakni merasa diri sentiasa dalam pandangan Allah), maka itu yg akan menjadi pengawal kita. Jika tidak maka kita akan hanyut bersama orang2 yg terpedaya dengan teknologi moden ini. Na’uzubillah.







Agak menyedihkan juga dengan kenyataan saudari, bahawa dalam suasana nyata saudari amat menjaga batas pergaulan dgn lelaki bukan mahram ,namun di alam cyber saudari bebas berbual mesra tanpa batasan syara’. Saya percaya ramai remaja muslimah yang terjebak ke dalam situasi yang syubhah ini.







Internet sangat baik untuk kita, dimana ia memudahkan banyak urusan kita tapi jika kita menyalahgunakannya akan membawa akibat buruk kepada akhlak dan masyarakat kita.







Semoga jawapan ini dapat memandu para muslim dan muslimah remaja atau dewasa dalam melayari kehidupan yang penuh ujian keimanan ini.







Alangkah bahagianya jika para remaja muslim dan muslimah yg terdiri dari para intelek hari ini berpegang teguh kepada tali agama yaitu taat kepada perintah dan larangan Allah dalam setiap urusan hidupnya.Semoga dgn itu Allah akan menurunkan rahmahNya kpd kita semua.







Dan semoga Allah menjauhkan kita dari segala fitnah dunia yang sangat manis pada pandangan mata.




Demikian yang dapat saya sampaikan. Semoga mendapat manfaat.

Wallahu a'lam.


0 comments:

Post a Comment

About

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...